Selain wisata air, di Klaten ada juga wisata yang unik, yakni Sebaran Apem yang ada di Jatinom, Klaten

 Apa sih sebaran apem itu? Sebaran Apem merupakan tradisi menyebarkan kue apem yang nantinya akan di perebutkan. Tradisi ini diadakan pada tiap hari Jumat bulan Sapar dalam penanggalan jawa. Menurut cerita tradisi ini berawal ketika Kyai Ageng Gribig tokoh ulama penyebar islam didaerah Jatinom pulang naik haji membawa roti apem dari Mekah yang masih hangat, sampainya dirumah roti apem tersebut masih hangat. Roti apem tersebut akan dibagi-bagikan kepada murid-muridnya, akan tetapi tidak mencukupi, kemudian Kyai Ageng Gribig menyuruh salah satu muridnya untuk membuat roti apem lagi yang lebih banyak agar mencukupi untuk dibagi-bagikan kepada murid2nya dan warga sekitar.



 Menurut kepercayaan warga, apem tersebut sebagai syarat untuk bermacam-macam maksud. Bagi petani dapat untuk sawahnya, agar tanamannya selamat dari hama. Ada yang percaya bahwa apem tersebut akan membawa rezeki, membawa jodoh, dan lain-lain. Bahkan, ada yang percaya siapa yang mendapat banyak apem pada perebutan itu sebagai tanda akan memperoleh rezeki melimpah. Saking percaya hal itu ada yang kaul (nadar) menggelar wayang kulit, atau pertunjukan tradisional yang lain.

 Jumat siang, ribuan orang memadati lapangan di dekat Masjid Ageng Jatinom  Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten untuk berebut kue apem yang disebar, yaa qowiyyu yang dirayakan pada setiap hari Jumat bakda sholat Jumat pada pertengahan bulan Sapar ini telah ada sejak jaman sejarah Kyai Ageng Gribig.

 Maka, tak heran jika pada puncak acara peringatan yaaqowiyuu ini pengunjung melimpah yang datang dari berbagai daerah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Acara tradisi budaya tersebut digelar untuk mengenang jasa Ki Ageng Gribig, tokoh ulama penyebar agama Islam di Jawa, yang menetap dan meninggal di Jatinom.

 Pada Kamis siang sebelum apem disebar pada hari jumat, apem disusun dalam dua gunungan yaitu gunungan lanang dan gunungan wadon. Gunungan apem ini lalu akan diarak dari Kantor Kecamatan Jatinom menuju Masjid Ageng  Jatinom yang sebelumnya telah mampir terlebih dahulu ke Masjid Alit Jatinom. Arak-arakan ini diikuti oleh pejabat-pejabat kecamatan, kabupaten, Pemerintah Daerah Kabupaten, Bupati (atau yang mewakili), Disbudparpora (Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga) dari Klaten. Arak-arakan jalan kaki ini juga dimeriahkan oleh marching band, reog, seni bela diri dan Mas Mbak Klaten yang terpilih.
Setelah kedua gunungan apem sampai di Masjid Ageng Jatinom maka gunungan apem tersebut dimalamkan di dalam Masjid untuk diberi doa-doa. Pada hari Jumat setelah sholat Jumat, apem tersebut disebar oleh Panitia bersama dengan ribuan apem sumbangan dari warga setempat. 

 Banyak orang berpendapat bahwa apem yang ada di gunungan dan telah dimalamkan di Masjid Ageng itulah apem yang paling “berkhasiat” atau manjur. Menurut banyak warga sebenarnya dari ribuan apem yang disebar apem yang telah dimalamkan di Masjid tersebut adalah apem yang benar-benar punya berkah. Tapi meskipun demikian tidak berarti ribuan apem lain yang disebar tidak membawa berkah, masyarakat percaya bahwa apem-apem yang disebar itu punya berkah. Menurut para sesepuh Jatinom, gunungan apem itu mulai diadakan sejak 1974.

 Kota Jatinom penuh sesak adanya beribu-ribu orang yang ada disitu meminta berkah kepada Kyai Ageng Gribig yang dimakamkan di Jatinom itu. Tetapi hendaknya kita selalu sadar bahwa: Mintalah sesuatu itu hanya kepada Allah semata.

 Perayaan Yaaqowiyuu di Jatinom, Klaten, banyak dikunjungi puluhan ribu wisatawan lokal dan mancanegara. Mereka berkumpul di lapangan dekat Masjid Besar Jatinom, menunggu acara sebar kue apem yang dilakukan setelah selesai salat Jumat.




 Tapi ingat, apabila para penelusur ingin melihat acara ini, Anda hanya bisa melihat di saat Bulan Safar dalam penanggalan Jawa, selain bulan itu, maka para penelusur tidak akan menjumpai acara tahunan ini.
Next
This is the most recent post.
Posting Lama

11 komentar:

  1. Tetep dijaga budayanya jangan sampai budayanya hilang, luntur ataupun terpecah-belah. Semoga dengan adanya budaya inu masyarakat dapat saling berkontribusi dan tetap menjaga serta mempertahankan kebudayaannya. Salam lestari~~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  2. Baguss jugaa, tingkatkaan lagii

    BalasHapus
  3. Nice infonnya:) jadi nambah wawasan tentang klaten

    BalasHapus
  4. Wow baru tahu kalo klaten punya budaya sebar apem, bagus untuk dicoba nih :)

    BalasHapus
  5. Wow baru tahu kalo klaten punya budaya sebar apem, bagus untuk dicoba nih :)

    BalasHapus
  6. Wah ternyata budaya klaten mantep

    BalasHapus
  7. aduuhh sayang bgt itu apemnya pasti ada yg kebuang,,,

    BalasHapus